
Memilih warna untuk brand sering kali menjadi proses yang bikin ragu. Apakah kamu harus memilih warna yang kamu suka? Atau mengikuti tren desain yang sedang viral?
Padahal, warna bukan sekadar pemanis visual. Warna adalah alat komunikasi yang kuat. Ia bisa membentuk persepsi, menumbuhkan kepercayaan, bahkan memengaruhi keputusan konsumen.
Sayangnya, banyak brand—terutama UMKM—yang masih asal pilih warna, tanpa memahami strategi dan psikologi di baliknya.
Akibatnya, brand terlihat tidak konsisten dan sulit diingat. Dalam artikel ini, kamu akan menemukan cara menentukan warna brand tanpa bingung, yang bisa kamu terapkan langsung agar identitas visual brand kamu jadi lebih kuat dan mudah dikenali.
1. Mulai dari Value Brand, Bukan Warna Favorit
Langkah pertama untuk menentukan warna brand bukan dengan bertanya, “Aku suka warna apa?”
Tapi dengan bertanya, “Brand-ku ingin dipersepsikan seperti apa?”
Setiap warna membawa pesan psikologis yang berbeda. Contohnya:
1. Kuning/oranye: hangat, ramah, enerjik
2. Biru/abu-abu: profesional, modern, tenang
3. Hijau/coklat: natural, seimbang, menenangkan
4. Hitam/emas: elegan, eksklusif, mewah
Jika bisnismu ingin tampil bersahabat dan membumi, pilihlah warna-warna hangat seperti oranye atau kuning.
Tapi kalau kamu bergerak di bidang jasa keuangan atau teknologi dan ingin terlihat tepercaya, warna biru dan abu-abu bisa menjadi pilihan tepat. Kuncinya adalah selaraskan warna dengan kepribadian brand, bukan dengan selera pribadi.
2. Analisis Warna Kompetitor, Tapi Jangan Meniru
Langkah selanjutnya dalam cara menentukan warna brand yang tepat adalah dengan melakukan riset kompetitor. Perhatikan, warna apa yang sering digunakan oleh bisnis lain di industri yang sama?
Tujuannya bukan untuk meniru, melainkan untuk menciptakan diferensiasi. Jika sebagian besar pesaing menggunakan warna biru, kamu bisa memilih tone biru yang berbeda atau menyisipkan warna sekunder yang kontras dan unik—selama masih sesuai dengan value brand-mu.
Misalnya, di industri teknologi yang didominasi warna biru (Facebook, Twitter, LinkedIn), perusahaan seperti Slack menggunakan kombinasi warna ungu dan hijau muda untuk tampil lebih ceria dan inklusif.
Melihat kompetitor bisa memberikan referensi yang berguna, tapi tetap pastikan brand kamu punya warna yang khas dan mudah dibedakan.
3. Belajar dari Brand Besar: Warna Bisa Jadi Ikonik
Brand besar dunia punya warna yang begitu melekat di benak konsumen, bahkan tanpa melihat logonya.
Berikut beberapa contohnya:
1. McDonald’s: warna kuning menyampaikan keceriaan, cocok untuk bisnis makanan cepat saji.
2. Shopee: oranye untuk membangun kesan hangat dan bersahabat bagi semua kalangan.
3. Facebook dan LinkedIn: biru menekankan profesionalitas dan kepercayaan.
4. Tokopedia: hijau sebagai simbol keseimbangan dan keterjangkauan.
5.Chanel dan Lux: hitam dan emas memberikan kesan elegan dan premium.
Mereka memilih warna bukan secara acak, tapi dengan mempertimbangkan citra yang ingin dibangun dan pesan yang ingin disampaikan. Kamu juga bisa seperti mereka: konsisten dan strategis sejak awal.
4. Uji Konsistensi di Berbagai Media
Setelah menemukan warna utama, pastikan konsistensinya di berbagai platform—baik online maupun offline. Warna yang kamu pilih harus tetap terlihat seragam di website, media sosial, kemasan produk, banner promosi, hingga kartu nama.
Gunakan panduan warna (brand color guideline) yang mencantumkan kode warna utama (hex/RGB/CMYK), warna sekunder, dan warna latar/aksen. Ini penting agar semua anggota tim, desainer, bahkan vendor percetakan bisa menjaga tampilan brand-mu tetap selaras.
Jangan sampai warna di media sosial terlihat cerah, tapi di kemasan malah pucat. Ketidakkonsistenan ini bisa menurunkan profesionalitas dan mengurangi daya ingat brand di mata konsumen.
5. Konsultasi Profesional jika Masih Bingung
Menentukan warna brand memang tidak selalu mudah. Kadang kamu sudah tahu value dan target market, tapi tetap kesulitan memilih kombinasi warna yang tepat.
Kalau kamu mengalami ini, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan tim branding profesional. Mereka bisa membantumu menemukan warna yang tidak hanya “bagus”, tapi juga punya daya ingat tinggi, sesuai pasar, dan tahan lama untuk digunakan bertahun-tahun ke depan.
Brand yang kuat dibangun dari konsistensi visual yang baik. Warna adalah fondasi visual tersebut.
Kesimpulan
Menentukan warna brand bukan perkara sepele. Warna punya kekuatan untuk membentuk persepsi, membangun emosi, dan memperkuat posisi brand di tengah pasar yang kompetitif.
Mulailah dari value brand kamu, pelajari kompetitor, ambil inspirasi dari brand besar, dan pastikan konsistensinya di semua kanal. Jika semua itu terasa rumit, kamu bisa serahkan proses ini pada tim yang sudah berpengalaman.
DCLIQ siap membantu kamu membangun brand yang strategis, ikonik, dan tak mudah dilupakan—termasuk memilih warna terbaik untuk mewakili jiwanya.
