
Brand Nike tentunya sudah tidak asing lagi, terutama bagi mereka yang memiliki minat di dunia fashion dan olahraga. Brand satu ini menjadi salah satu brand ikonik dengan penjualan sangat tinggi di dunia. Pendapatan Nike pada tahun 2024 saja diperkirakan mencapai $51.362 dengan kenaikan 0,28% dari tahun 2023.
Nike juga dikenal sebagai brand yang penuh inovasi dan bahkan menjadi perusahaan kedua paling inovatif setelah Apple, mengalahkan 300 perusahaan lainnya. Ditambah dengan kualitas produk yang baik, membuat Nike selalu jadi pilihan brand peralatan olahraga yang diminati di seluruh dunia.
Tapi dibalik nama brand yang mendunia, Nike mengalami proses yang sangat panjang. Mulai dari membuat produk, membangun branding, hingga memasarkan produknya, inilah perjalanan Nike dari sebuah start-up menjadi brand paling ikonik dunia.
Bermula Dari Sebuah Start-Up Hingga Merajai Dunia Olahraga
Brand Nike sendiri bermula ketika Phil Knight, seorang pelari jarak jauh dan pelatihnya, Bill Bowerman mendirikan perusahaan kecil bernama Blue Ribbon Sports (BRS). Awalnya, BRS hanyalah distributor kecil sepatu olahraga dari merek Jepang, Onitsuka Tiger (sekarang dikenal dengan brand ASICS). Mereka menjual sepatu tersebut dari bagasi mobil Phil Knight, berkeliling dari kampus ke kampus.
Meski skala bisnisnya masih kecil, Bowerman tidak berhenti berinovasi. Ia percaya bahwa sepatu yang ringan dan nyaman bisa meningkatkan performa pelari. Obsesi ini membuatnya menghabiskan banyak waktu di rumahnya, menciptakan prototipe sepatu dengan alat seadanya, termasuk menggunakan alat pembuat wafel besi untuk menciptakan pola sol yang unik.
Sayangnya di tahun 1971, hubungan BRS dengan Onitsuka Tiger mulai retak. Knight dan Bowerman memutuskan untuk membuat brand mereka sendiri dengan nama yang kuat serta mudah diingat. Inspirasi nama brand ini pun datang dari Dewi Nike, dewi kemenangan dalam mitologi Yunani. Nama ini dipilih karena menggambarkan semangat yang ingin mereka bawa yaitu kemenangan, kekuatan, dan kecepatan.
Logo pertama Nike pun tercipta dari tangan kreatif seorang mahasiswa desain grafis bernama Carolyn Davidson. Dengan bayaran hanya $35, Davidson menciptakan logo ikonik "Swoosh" yang kini dikenal di seluruh dunia. Simbol ini menggambarkan gerakan, kecepatan, dan dinamika, selaras dengan visi Nike.
Nike Cortez dan Strategi Marketing yang Cerdas
Pada tahun 1972, Nike meluncurkan produk pertama mereka yaitu Nike Cortez. Sepatu ini pun langsung diminati oleh pelari di masa itu. Sepatu ini dirancang untuk kenyamanan dan daya tahan tinggi sehingga sangat cocok untuk digunakan berlari jarak jauh. Pada masa itu, kelahiran Nike Cortez menjadi sebuah inovasi besar di dunia sepatu olahraga.
Namun, terobosan besar Nike bukan hanya dilihat dari kualitas produk yang mereka hasilkan, melainkan strategi marketing yang brilian. Tentunya pada masa itu belum ada sosial media seperti sekarang, sehingga membangun brand sekaligus memasarkan produk menjadi tantangan tersendiri serta memakan biaya yang cukup besar.
Knights dan Bowerman tidak kehilangan akal dan mereka menciptakan sebuah strategi marketing yang cerdas pada masa itu. Jika brand lain menggunakan artis sebagai brand brand ambassador mereka, lain halnya dengan Nike yang justru menggunakan atlet sebagai brand ambassadornya.
Nike pun menjadi salah satu merek pertama yang menggunakan atlet sebagai ikon untuk mempromosikan produknya. Pelari legendaris Steve Prefontaine menjadi brand ambassador pertama Nike. \Prefontaine, dengan semangat dan karismanya berhasil merepresentasikan dan menjadi simbol semangat juang Nike.
Sejak dipilihnya Prefontaine sebagai brand ambassdor, tentunya ada banyak pelari yang mulai melirik brand Nike sebagai sepatu lari terbaik sehingga brand ini pun makin diminati oleh pelari pada masa itu.
Kelahiran Slogan “Just Do It” yang Membuat Nike Mendunia
Pada tahun 1988, Nike menghadapi persaingan ketat dari merek olahraga lain seperti Adidas dan Reebok. Dalam situasi ini, mereka memutuskan untuk menciptakan kampanye branding yang tak terlupakan. Dari sinilah slogan legendaris “Just Do It” lahir.
Uniknya, inspirasi slogan ini datang dari kata-kata terakhir seorang narapidana sebelum dieksekusi: "Let's do it." Namun, tim kreatif Nike, yang dipimpin oleh Dan Wieden, mengubahnya menjadi sebuah pesan sederhana namun penuh dengan kekuatan.
Slogan ini mampu mendorong siapa saja, dari atlet profesional hingga masyarakat biasa, untuk mengambil tindakan dan melampaui batas mereka. Nike menginspirasi konsumennya untuk menjadi versi terbaik diri mereka dan tidak pernah berhenti berusaha.
Pesan ini memberi tahu dunia bahwa pengguna brand Nike tidak hanya untuk juara di lapangan, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin melampaui batas diri mereka. "Just Do It" seolah memberi kekuatan pada konsumen untuk menghadapi ketakutan terbesar mereka. Melalui slogan ini, Nike seolah berbicara kepada mereka yang berani bermimpi besar, yang mau melangkah keluar dari zona nyaman, dan yang ingin menjadikan diri mereka lebih baik.
Dalam iklan legendarisnya, Nike tidak hanya menampilkan atlet seperti Michael Jordan, Serena Williams, dan Tiger Woods. Namun, mereka juga memperlihatkan kisah-kisah sederhana: seorang nenek yang berlari maraton, seorang anak muda yang bermain basket di jalanan, dan seorang wanita yang memulai perjalanan kebugarannya. Pesannya jelas menyatakan “Jika mereka bisa, kamu juga bisa.”
Strategi Branding yang Mengambil Filosofi dan Nilai-Nilai Kehidupan
Slogan “Just Do It” merupakan strategi branding yang menggambarkan filosofi hidup berisikan nilai-nilai luhur masyarakat. Strategi branding ini berhasil membuat nama Nike begitu melekat di hati konsumennya.
“Just Do It” adalah sebuah pesan dengan makna universal serta melampaui batas olahraga dan menjadi relevan dalam semua aspek kehidupan. Beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan:
- Di tempat kerja: Ketika kita ragu untuk mengambil proyek besar, "Just Do It" menjadi mantra untuk mencoba.
- Dalam hubungan: Ketika kita ingin memperbaiki sesuatu atau memulai sesuatu yang baru, "Just Do It" memberi dorongan.
- Dalam kehidupan sehari-hari: Dari mengambil keputusan kecil hingga mengejar impian besar, "Just Do It" mengingatkan kita bahwa langkah pertama selalu penting.
Slogan ini juga memberi dampak besar pada kehidupan sosial dan budaya. Nike menggunakan "Just Do It" sebagai platform untuk menyuarakan isu-isu besar. Pada tahun 2018, kampanye branding kontroversial dengan menjadikan Colin Kaepernick sebagai brand ambassadornya.
Kaepernick sendiri dikenal karena berlutut saat menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum pertandingan NFL. Ia melakukan aksi ini sebagai bentuk protes terkait ketidakadilan rasial.
Kampanye Nike ini bertujuan untuk merangkul aktivisme dan keadilan rasial. Secara tidak langsung, tindakan Nike ini memberi ruang bagi keberanian seorang Kaepernick untuk berdiri demi keadilan sosial, bahkan sekalipun hal itu berarti ia harus kehilangan segalanya.
Pesan ini sekali lagi membuktikan bahwa "Just Do It" bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang keberanian untuk melawan ketidakadilan dan berani mengambil risiko demi perubahan. Hasilnya, dengan strategi branding ini saham Nike berhasil menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah kemunculan Kaepernick dalam kampanye Nike.
Strategi Marketing yang Menguras Emosi
Nike melihat peluang untuk menghubungkan produk mereka dengan sebuah kenyataan yang lebih besar yaitu adanya perbedaan di setiap perjalanan pribadi setiap orang untuk mencapai tujuan. Namun, ada satu kesamaannya, setiap orang harus berani memulai dan melampaui batas-batas dalam dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.
Tidak heran, strategi marketing ala Nike selalu dibumbui oleh kisah-kisah inspiratif dan dekat dengan konsumennya. Untuk itu, semua iklan-iklan Nike tidak hanya memamerkan fitur produk, tetapi juga menampilkan cerita inspiratif.
Misalnya, seorang pelari pemula yang berjuang menyelesaikan lomba maraton, seorang wanita yang kembali berolahraga setelah melahirkan, atau seorang anak muda yang bermain basket di jalanan meski tanpa fasilitas lengkap. Pesan dalam iklan itu jelas Nike ada di sana untuk membantu mewujudkan impian, apapun latar belakang audiensnya.
Salah satu keunggulan Nike dalam strategi marketing adalah kemampuannya menciptakan cerita yang relevan dengan kehidupan konsumen. Mereka berhasil mengaduk dan menguras emosi orang yang menonton iklan-iklannya.
Sebagai contoh, ketika mereka meluncurkan kampanye “Equality” pada 2017, Nike tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga menyuarakan isu keadilan sosial. Dengan tagline “The Ball Should Bounce the Same for Everyone,” Nike mengirim pesan kepada konsumennya bahwa olahraga adalah tempat untuk kesetaraan.
Ada upaya dari Nike untuk mempromosikan keberagaman dan inklusi dalam olahraga dan masyarakat. Pada video kampanye dan iklannya, Nike menampilkan atlet, selebritas, dan orang biasa dari berbagai ras, jenis kelamin, dan latar belakang. Bahkan, sebagian hasil penjualan produk yang menampilkan kata "Equality" disumbangkan kepada organisasi yang mempromosikan keberagaman dan inklusi.
Strategi marketing ini pun berhasil memperkuat hubungan emosional antara Nike dan konsumennya. Nike tidak hanya terlihat sebagai perusahaan olahraga, tetapi juga sebagai brand yang peduli pada nilai-nilai masyarakat. Banyak orang memilih brand Nike bukan hanya untuk kualitasnya yang baik, tetapi juga karena nilai-nilai positif yang dianut oleh Nike sebagai sebuah brand.
Strategi KOL Marketing ala Nike
KOL (Key Opinion Leader) Marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan pengaruh dan kredibilitas KOL untuk mempromosikan produk atau layanan. KOL adalah tokoh yang dianggap memiliki pengaruh besar dan dihormati dalam suatu industri atau komunitas tertentu.
Nike adalah pelopor dalam menggandeng atlet legendaris sebagai brand ambassador mereka. Mulai dari Michael Jordan hingga Serena Williams dan Cristiano Ronaldo. Pemilihan atlet ini bukan hanya semata mereka terkenal, namun mereka adalah simbol kemenangan dan semangat juang yang merepresentasikan nilai-nilai brand Nike sendiri.
Salah satu langkah revolusioner Nike adalah peluncuran lini Air Jordan pada tahun 1984. Kolaborasi dengan Michael Jordan tidak hanya mengubah dunia sepatu basket, tetapi juga memadukan olahraga dengan budaya pop. Sepatu ini menjadi lebih dari sekadar perlengkapan olahraga, lini Air Jordan juga menjadi simbol gaya hidup, pemberontakan, dan kebanggaan.
Melalui kolaborasi tersebut Nike menciptakan sebuah ikon budaya pop. Strategi ini menunjukkan bahwa produk Nike bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang cerita dari sosok yang menginspirasi.
Strategi KOL Marketing ini juga diterapkan Nike dalam menarik hari generasi milenial dan Gen Z. Nike juga bekerja sama dengan seniman dan desainer muda untuk menciptakan produk yang relevan secara budaya, seperti kolaborasi dengan Travis Scott dan Off-White. Ini memperkuat citra Nike sebagai merek yang selalu up-to-date dan relevan.
Menciptakan Brand yang Mendunia
Mungkin ada banyak pebisnis yang merasa pesimis soal menciptakan brand yang mendunia. Tapi, melihat Nike yang bermula dari bisnis sepatu yang dijual dari sebuah mobil, kita bisa melihat bahwa strategi branding yang tepat diikuti dengan strategi marketing yang kreatif, bisa melahirkan brand yang mendunia.
Apalagi, dengan hadirnya digital marketing, mengenalkan sebuah brand pada dunia tentu jadi lebih mudah. Ingin punya brand yang dikenal dunia? Ciptakan strategi branding dan marketing yang tepat sesuai visi bisnis Anda dengan layanan branding dan digital marketing dari DCLIQ. Konsultasikan kebutuhan bisnis Anda dengan menghubungi DCLIQ di info@dcliq.co.id atau klik tombol WhatsApp pada halaman!