
Kamu pasti tahu pentingnya brand awareness menurut para ahli dalam strategi pemasaran. Tanpa kesadaran merek yang kuat, langkah pemasaran bisa terasa sia-sia, karena konsumen tidak mengenali atau mengingat merek tersebut saat dihadapkan pilihan.
Brand awareness menurut para ahli menekankan pentingnya menciptakan hubungan awal yang kuat antara merek dan ingatan konsumen agar mereka mau memilih produk atau layananmu.
Beberapa ahli besar seperti Philip Kotler, Kevin Keller, David Aaker, hingga peneliti lokal seperti Durianto memberikan pandangan mendalam tentang aspek-aspek krusial dari brand awareness.
Teknik membangun kesadaran merek yang efektif ternyata beragam—mulai dari memastikan konsumen mengingat logo, hingga strategi komunikasi yang mampu menempel lama dalam benak.
Lewat artikel ini, kamu akan mendapatkan pemahaman lengkap tentang apa itu brand awareness menurut para ahli, bagaimana definisi mereka berbeda tetapi saling melengkapi, serta mengapa memahami perspektif tersebut penting jika kamu ingin membangun fondasi merek yang kokoh di pasar.
Brand Awareness Menurut Para Ahli
Brand awareness bukanlah sekadar istilah dalam dunia pemasaran—ia adalah titik awal dari perjalanan konsumen dalam mengenal, mempertimbangkan, hingga akhirnya memilih suatu merek.
Untuk memahami pentingnya peran brand awareness secara mendalam, kita perlu melihat bagaimana para ahli memaknai konsep ini dari sudut pandang ilmiah dan strategis. Salah satu rujukan utama dalam hal ini datang dari pemikiran Philip Kotler dan Kevin Keller, dua tokoh terkemuka dalam bidang pemasaran modern.
Definisi Brand Awareness dari Kotler & Keller
Philip Kotler & Kevin Keller menyebut bahwa brand awareness mengukur kekuatan “simpul” merek di ingatan konsumen—seberapa mudah mereka mengenali atau mengingat merek dalam berbagai situasi. Menurut mereka, dimensi utamanya adalah brand recall (mengingat tanpa bantuan) dan brand recognition (mengenali saat melihat simbol atau logo)
Merek yang kuat harus mampu tampil dalam “evoked set” konsumen—yaitu kelompok merek yang langsung muncul dalam benak saat konsumen berpikir tentang kategori produk tertentu. Ini penting karena keputusan pembelian biasanya dilakukan dari merek-merek tersebut.
Kemudian menurut model Customer-Based Brand Equity (CBBE), awareness adalah langkah awal untuk membangun persepsi dan loyalitas konsumen.
Pendapat Durianto dkk.
Menurut Durianto dan rekan-rekannya, brand awareness berarti kemampuan prospek mengenali atau mengingat sebuah merek, dan ini dilandasi oleh asumsi bahwa merek itu aman dikonsumsi. Mereka menunjukkan bahwa konsumen cenderung memilih merek yang sudah dikenal karena memberi rasa nyaman, kepercayaan, dan kemudahan menemukan produk.
Durianto juga menekankan dua tingkat kesadaran:
1. Brand recognition
Saat konsumen merasa familiar jika melihat logo atau kemasan
2. Brand recall
Saat konsumen mengingat merek sendiri saat ada kebutuhan kategori
Menurut mereka, keberhasilan strategi pemasar harus diukur dari bagaimana suatu merek bisa “top of mind”—muncul pertama dalam ingatan konsumen.
Aaker dalam Rangkuti
David Aaker, dikutip melalui Rangkuti, meletakkan brand awareness sebagai salah satu dari lima komponen utama brand equity (bersama loyalitas, asosiasi, kualitas yang dirasakan, dan aset merek lainnya). Aaker menjelaskan bahwa awareness adalah batu pijakan awal; semakin tinggi, semakin kuat posisi merek di benak konsumen.
Tak hanya itu, Aaker juga mengembangkan Brand Awareness Pyramid, dari tingkat terbawah (unaware) hingga level paling tinggi yaitu top of mind. Setiap level mensyaratkan taktik pemasaran khusus, mulai dari pembentukan pengenalan hingga membangun ikatan emosional agar merek muncul secara spontan di ingatan.
Keller & Swaminathan (2019)
Kevin Keller & Swaminathan dalam publikasi mereka (2019) menekankan bahwa brand awareness terdiri dari recall dan recognition, sesuai model CBBE.
Mereka menambahkan bahwa awareness bukan sekadar eksposur visual tetapi terkait kedalaman pengenalan merek—apakah konsumen bisa mengakses ingatan saat diperlukan.
Keller & Swaminathan juga menekankan pentingnya awareness dalam membentuk asosiasi merek yang kuat, yang suatu saat bisa meningkatkan loyalitas dan keputusan pembelian.
Mereka merekomendasikan penggunaan strategi jangka panjang, tidak hanya kampanye sekali jadi, agar awareness bisa bertahan dan berkembang.
Tingkatan Brand Awareness
Brand Recognition
Pada tahapan paling dasar, brand recognition adalah ketika konsumen mulai mengenali merek saat diberikan stimulus visual atau audio, misalnya logo, warna, slogan, atau kemasan—ini juga dikenal sebagai aided awareness.
Di lingkungan ritel, branding konsisten memungkinkan merekmu mudah diingat saat konsumen menghadapi banyak pilihan.
Keuntungan utama tingkat ini adalah konsumen jadi familiar saat melihat merekmu, sehingga peluang mereka memilih lebih besar dibandingkan merek yang asing. Strategi yang tepat untuk meningkatkan brand recognition meliputi penggunaan logo mencolok, slogan mudah diingat, dan media iklan tinggi frekuensi.
Brand Recall
Berikutnya adalah tahap brand recall—konsumen bisa mengingat merek tanpa bantuan visual maupun audio. Ini disebut juga unaided awareness dan lebih kuat dibanding recognition.
Konsumen dengan tingkat recall tinggi akan langsung menyebut merekmu saat membutuhkan kategori produk tertentu.
Brand recall erat kaitannya dengan konsep Top‑of‑Mind Awareness (lebih lanjut nanti). Untuk meningkatkan recall, kamu perlu strategi seperti kampanye konsisten, jingles, slogan yang mudah diingat, serta aktivitas yang menancap di benak konsumen—misalnya kampanye tagar kuat di media sosial.
Top‑of‑Mind Awareness
Tingkat tertinggi dalam kesadaran merek adalah Top‑of‑Mind Awareness (TOMA): merek pertama yang muncul dalam pikiran konsumen saat mereka berpikir tentang suatu kategori.
Karena ruang ingatan terbatas (biasanya hanya 3–5 merek), berada pada posisi ini artinya merekmu lebih mudah dipilih
TOMA bukan sekadar visibilitas tinggi, tetapi juga resonansi emosional dan reputasi positif sehingga merekmu otomatis muncul saat konsumen butuh. Strategi yang efektif melibatkan pengalaman luar biasa, konsistensi brand messaging, aktif di banyak titik sentuh, serta monitoring brand via survei top‑of‑mind dan volume pencarian bermerek.
Komponen yang Mempengaruhi Ekuitas Merek
Ekuitas merek tidak terbentuk secara instan, melainkan hasil dari akumulasi berbagai elemen yang membentuk persepsi konsumen terhadap suatu merek. Mulai dari kesadaran, asosiasi, persepsi kualitas, hingga loyalitas, masing-masing komponen memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi merek.
Pemahaman tentang tiap komponen ini penting untuk menyusun strategi brand yang terarah dan efektif.
Salah satu komponen paling mendasar yang sering menjadi titik awal dalam membangun ekuitas merek adalah brand awareness, seperti dijelaskan dalam model Keller dan Aaker.
Brand Awareness sebagai Dimensi Ekuitas (Keller & Aaker)
Keller (Customer-Based Brand Equity) dan Aaker sama-sama menempatkan brand awareness sebagai fondasi utama ekuitas merek.
Menurut Keller, kesadaran merek mencakup pengenalan dan pengingatan merek yang membentuk “brand knowledge” dalam pikiran konsumen; awareness memengaruhi kekuatan asosiasi dan rasio keputusan pembelian.
Sementara Aaker menganggap awareness sebagai salah satu dari lima aset merek—bersama loyalitas, asosiasi, kualitas yang dirasakan, dan aset kepemilikan—yang membentuk nilai keseluruhan merek. Awareness di sini bukan hanya pengenalan visual, tetapi mencerminkan eksposur konsumen yang mendorong loyalitas dan persepsi kualitas lebih jauh.
Peran Awareness dalam Brand Equity Model Aaker
Dalam model Aaker, awareness adalah tahap awal pengukuran ekuitas merek—semakin tinggi awareness, semakin kuat posisi merek di pasar.
Aaker bahkan mengukur awareness lewat dua subdimensi: recognition dan recall, yang menjadi indikator seberapa dalam merek tertanam dalam memori konsumen.
Kesadaran merek yang kuat mendorong :
1. Konsumen memasukkan merek dalam consideration set
2. Asosiasi merek berkembang lebih cepat
3. Mendidik konsumen untuk lebih memilih merek tersebut dalam keputusan pembelian
Kesimpulan
Untuk memperkuat brand awareness tersebut, kehadiran website yang profesional tak bisa diabaikan. Website berperan sebagai wajah digital dari merekmu—menjadi tempat konsumen mencari informasi, membentuk kesan, hingga memutuskan untuk membeli.
Di sinilah DCLIQ hadir melalui layanan jasa web development yang tak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan SEO-friendly. Kami bantu kamu membangun platform digital yang memantapkan posisi merek di benak konsumen sejak pertama kali mereka mengunjungi situsmu.
Namun, memiliki website saja tidak cukup tanpa strategi penyebaran yang tepat. DCLIQ sebagai digital marketing agency hadir dengan pendekatan menyeluruh—dari branding, konten, hingga kampanye digital—untuk meningkatkan eksposur dan memperluas jangkauan merekmu.
Dengan kombinasi antara website yang kuat dan strategi digital yang terukur, brand awareness bisnismu akan tumbuh konsisten dan relevan di tengah persaingan yang semakin dinamis.
