
Bagi pemilik website baru, mengecek keamanan situs sering kali tampak merepotkan. Padahal, cara menguji keamanan website sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah melalui berbagai tools online yang praktis.
Dengan bantuan tools tersebut, kamu bisa mendeteksi celah umum seperti SSL yang kurang kuat, pengaturan header keamanan yang keliru, hingga potensi serangan malware. Proses pengecekannya cepat, sederhana, dan tidak membutuhkan keahlian teknis yang rumit.
Saat kamu memahami cara menguji keamanan website, langkah perbaikan bisa dipilih dengan lebih tepat. Mulai dari memperkuat enkripsi, menyesuaikan header HTTP, hingga langsung menangani malware yang ditemukan. Semua tindakan ini akan meningkatkan keamanan situs sekaligus menjaga kepercayaan pengguna.
Nah, di artikel ini, kita akan membahas langkah praktis dan rekomendasi tools terbaik untuk menguji keamanan website. Yuk, baca sampai akhir!
Cara Menguji Keamanan Website
Di bagian ini, kamu akan dikenalkan pada konsep dasar yang penting sebagai fondasi sebelum mulai memakai tools. Mengetahui cara menguji keamanan website bukan hanya soal menjalankan scan, tapi juga memahami aspek apa yang perlu diperiksa dan bagaimana menyusunnya dalam urutan yang logis.
Langkah pertama, cek konfigurasi SSL/TLS untuk memastikan enkripsi bekerja maksimal dan tidak lagi menggunakan protokol atau cipher yang sudah usang.
Berikutnya, tinjau pengaturan header keamanan seperti HSTS, CSP, dan X-Frame-Options yang berfungsi melindungi situs dari berbagai jenis serangan umum melalui browser.
Setelah itu, lakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya malware atau konten berbahaya. Pemindaian eksternal bisa membantu mendeteksi script jahat, malware tersembunyi, atau status blacklist dari mesin pencari.
Langkah terakhir, evaluasi risiko dari konfigurasi tambahan seperti DNS, email (SPF, DMARC), serta potensi phishing. Tahap ini penting untuk menemukan celah keamanan yang tidak langsung terlihat.
Anggap kerangka ini sebagai panduan dasar sebelum menggunakan tools. Dengan begitu, kamu tahu apa yang harus diperiksa, mengapa itu penting, serta urutannya. Kerangka inilah yang akan memudahkanmu saat mulai mencoba UpGuard atau SiteGuarding.
Tools Online untuk Menguji Keamanan Website
Sekarang, kamu siap menyimak rekomendasi tools online. Tools ini memudahkan kamu menjalankan cara menguji keamanan website secara mudah, mulai dari pengecekan teknis hingga pemulihan cepat bila terjadi masalah.
UpGuard
UpGuard adalah tool yang membantu kamu menjalankan cara menguji keamanan website secara mendalam. Tool ini melakukan:
1. Pemindaian risiko situs dan email, termasuk malware, phishing, konfigurasi DNS, SSL lemah, dan proteksi merek.
2. Memberikan skor keamanan yang mudah dimengerti dan rekomendasi perbaikan langkah demi langkah.
Beberapa pengguna menyukai interface intuitif dan kemudahan pemakaian UpGuard, termasuk integrasi dengan sistem lain dan dukungan responsif.
Namun, kamu juga perlu tahu bahwa versi lengkapnya berbayar (meski tersedia uji coba gratis) dan ada keluhan soal harga yang terasa mahal bagi tim kecil atau fitur kolaborasi terbatas.
SiteGuarding
SiteGuarding memberikan solusi cepat untuk cara menguji keamanan website lewat fitur pemindaian dan proteksi otomatis:
1. Menyediakan pemindaian malware harian, monitoring 24/7, dan pembersihan bila ditemukan ancaman.
2. Menawarkan paket gratis dengan scanning dan pembersihan dasar, serta upgrade ke layanan Emergency dengan respons lebih cepat dan penghapusan blacklisting.
Pengguna menyebut pengalaman mereka positif, tim support cepat, efisien dalam restorasi situs, dan profesional dalam komunikasi.
Di sisi lain, beberapa ulasan menyebut dukungan untuk situs besar atau tata pembayaran bisa menjadi tantangan.
Observatory (Mozilla)
Observatory buatan Mozilla memudahkan kamu pelajari cara menguji keamanan website lewat pemindaian menyeluruh terhadap header HTTP, pengaturan TLS, dan masih banyak lagi. Setiap situs mulai dari skor 100, lalu akan dikurangi poin penalti atau diberi bonus berdasarkan konfigurasi keamanan, tahapan ini membantu kamu fokus pada perbaikan spesifik.
Tool ini juga menampilkan skor huruf (A, B, C, dsb.) dan memberi rekomendasi konkret, misalnya cara memperkuat HSTS atau CSP. Kamu jadi tahu area mana yang kuat dan mana yang masih rawan. Selain itu, Observatory tak hanya mandiri: tool ini juga manfaatkan scanner lain seperti SSL Labs untuk memperkaya insight-mu.
Qualys SSL Labs
SSL Labs adalah layanan gratis yang menganalisa detail konfigurasi SSL/TLS dari server publik mana pun. Hasilnya berupa skor dan penilaian mendalam (mulai dari cipher suite hingga sertifikat) yang membantu kamu evaluasi aspek enkripsi situs.
Penilaiannya termasuk bersifat lambat dan ringan, tidak memicu traffic yang membebani, juga tak menyertakan eksploitasi, fokus utamanya adalah konfigurasi enkripsi yang efektif dan aman. Adapun evolusi dengan fitur seperti CertView memberi visibilitas komprehensif terhadap sertifikat SSL/TLS yang kamu miliki, termasuk pelacakan masa berlaku dan status kepatuhan.
ImmuniWeb
ImmuniWeb menawarkan platform komprehensif untuk cara menguji keamanan website lewat pemindaian yang mencakup kepatuhan GDPR & PCI DSS, CMS, CSP, header HTTP, hingga keamanan WordPress dan Drupal.
Platform ini juga didukung oleh AI, membantu kamu otomatisasi dan mempercepat hasil scan tanpa mengesampingkan kualitas, serta mempermudah validasi terhadap regulasi seperti PCI DSS, ISO 27001, GDPR, dan lainnya.
Baru-baru ini, ImmuniWeb menambahkan fitur deteksi apakah situsmu dilindungi WAF atau punya proteksi terhadap bot atau scraping, serta memeriksa keberadaan file robots.txt untuk atur perilaku bot. Di sisi lain, perusahaan ini juga telah mendapatkan pengakuan lewat prestasi global dan basis pelanggan tingkat internasional.
Sucuri Sitecheck
Sucuri SiteCheck merupakan tools gratis yang membantu kamu memahami cara menguji keamanan website lewat pemindaian cepat dari jarak jauh. Tools ini mendeteksi malware, spam, status blacklist, error situs, komponen perangkat lunak usang, dan kode berbahaya. Hasilnya disajikan dalam format mudah dipahami sehingga kamu bisa langsung ambil langkah selanjutnya.
Keunggulan lain:
1. Penggunaan super mudah, cukup tempel alamat situs, klik scan, dan tunggu hasil.
2. Cocok untuk pemula atau pemilik situs yang butuh konfirmasi cepat atas potensi ancaman.
Namun, karena sifatnya yang sederhana, hasilnya tidak mencakup eksploitasi mendalam atau serangan tersembunyi seperti backdoors atau phishing tingkat lanjut.
Quttera / ScanURL / URLVoid / Google Transparency Report
Berikut beberapa tools yang membantu kamu melakukan cara menguji keamanan website melalui analisis reputasi dan potensi ancaman eksternal:
1. Quttera: menyediakan pemindaian malware, proteksi uptime, DDoS, WAF, dan pemeriksaan blacklist. Ada juga plugin WordPress yang bisa dipasang di situs kamu untuk deteksi malware, backdoors, dan status blacklist. Hasil pemindaian dibuat detail dan mudah dimengerti.
2. URLVoid: cek reputasi situs kamu lewat 30+ mesin blacklist. Memberikan laporan komprehensif, mencakup data IP, tanggal domain, lokasi server, dan analisis ancaman.
3. ScanURL & Google Transparency Report:
a) ScanURL mengecek URL untuk phishing, malware, dan reputasi buruk dengan mengintegrasikan layanan seperti Google Safe Browsing, PhishTank, dan Web of Trust.
b) Google Transparency Report memungkinkan kamu melihat apakah situs pernah ditandai Google sebagai tidak aman, termasuk data historis pelanggaran kebijakan Safe Browsing.
Tools-tools ini bekerja komplementer: Quttera fokus pada malware dan blacklist, sedangkan URLVoid, ScanURL, dan Google Transparency Report melihat reputasi dan potensi ancaman eksternal.
Detectify / Probely / Pentest-Tools / Geekflare / ZeroCRT
Ini adalah rangkaian tools yang memungkinkan kamu melakukan cara menguji keamanan website secara lebih mendalam, terutama menyasar kerentanan teknis:
1. Geekflare: pemindai online gratis yang menyajikan metrik keamanan seperti plugin tema tidak aman, admin login terbuka, versi tema kedaluwarsa, dan penggunaan HTTPS.
2. Pentest-Tools.com: platform komprehensif untuk penilaian kerentanan dan exploitation. Memiliki beberapa mesin deteksi, validasi otomatis, exploiter untuk CVE kritikal, serta laporan pentest yang bisa disesuaikan, termasuk laporan DOCX, PDF, dan API integrasi.
3. Probely: menawarkan pemindaian yang dapat dijalankan dalam pipeline CI/CD, mendeteksi berbagai kerentanan seperti XSS, SQL Injection, OS command injection, SSRF, dan lainnya. Memberi hasil bersih, akurat, dan rekomendasi perbaikan jelas.
4. Detectify: fokus pada DAST (Dynamic Application Security Testing). Menemukan dan melindungi seluruh permukaan serangan (attack surface), mencakup domain, aplikasi, dan API. Tools ini mengandalkan teknik crawling dan fuzzing untuk mendeteksi kelemahan mendalam.
5. ZeroCRT: belum ditemukan informasi rinci dalam hasil penelusuran ini, kemungkinan merupakan bagian dari rangkaian tools keamanan yang kurang terdokumentasi secara luas di web publik saat ini.
Secara keseluruhan, pilihan ini sesuai untuk kamu yang butuh analisis mendalam: dari yang ringan dan gratis (Geekflare) hingga yang intensif, otomatis, dan cocok untuk tim DevSecOps (Pentest-Tools, Probely, Detectify).
Cara Uji Penetrasi (Penetration Testing)
Salah satu metode populer untuk menguji keamanan website adalah dengan melakukan simulasi serangan nyata. Tujuannya agar kamu dapat mengetahui celah mana yang benar-benar berisiko dieksploitasi, bukan hanya sekadar teori semata.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa tahapan yang biasanya dijalankan. Mulai dari perencanaan uji coba, penentuan target, upaya eksploitasi kerentanan, hingga penyusunan laporan hasil. Dari sini, kamu bisa segera menentukan langkah perbaikan sebelum celah tersebut dimanfaatkan pihak lain.
Nantinya, kamu akan mengenal pendekatan yang disebut Black Box, White Box, dan Grey Box. Masing-masing memiliki karakteristik, keunggulan, serta konteks penggunaan yang berbeda. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat ancaman yang dihadapi, serta waktu yang tersedia. Setelah ini, kita akan membahasnya lebih detail satu per satu.
Jenis Pentest (Black/White/Grey Box)
Berikut tiga pendekatan umum dalam penetration testing:
1. Black Box: penguji tak menerima informasi internal sama sekali, seperti hacker luar yang mulai dari nol. Cara ini realistis karena mensimulasikan serangan nyata dari pihak eksternal, tapi biasanya paling menantang dan memakan waktu.
2. White Box: penguji diberi akses penuh terhadap sumber daya sistem, kode, arsitektur, kredensial, dan lainnya. Cara ini efisien untuk menemukan kerentanan tersembunyi, meskipun proses analisis bisa panjang dan butuh waktu lebih banyak.
3. Grey Box: cara hibrida antara Black dan White Box. Penguji mendapat informasi terbatas seperti diagram sistem atau kredensial. Ini memberikan keseimbangan antara efisiensi dan kedalaman analisis, cocok untuk skenario insider terbatas atau pengujian semieksternal.
Manfaat Pentest Berkala
Melakukan penetration testing secara berkala punya banyak keuntungan:
1. Identifikasi kerentanan yang mungkin tidak terlihat lewat pemindaian otomatis, membantu kamu tangkal serangan yang benar-benar bisa dimanfaatkan penyerang.
2. Mengurangi risiko serangan nyata dengan menambal celah sebelum disalahgunakan, sekaligus meningkatkan postur keamanan secara keseluruhan.
3. Membantu taat terhadap regulasi keamanan & industri, seperti UU PDP, GDPR, PCI DSS, sehingga situs kamu lebih kredibel dan siap audit keamanan.
4. Bangun kepercayaan pengguna atau pelanggan karena mereka tahu kamu peduli dan serius menjaga keamanan data mereka.
Cara Verifikasi Eksternal & Reputasi Website
Verifikasi eksternal adalah cara menguji keamanan website dengan menilai kepercayaan domain dari luar. Pemeriksaan bisa dilakukan melalui usia domain, identitas pemilik, hingga reputasi yang tercatat di internet. Dengan langkah ini, kamu dapat menghindari situs baru atau berisiko yang tampak aman sekilas, sekaligus memperkuat kredibilitas online milikmu.
Periksa WHOIS (usia & pemilik domain)
Untuk memverifikasi domain, kamu bisa menggunakan layanan WHOIS yang memudahkanmu lihat data penting seperti tanggal pendaftaran, tanggal kadaluarsa, pemilik, dan registrar. WHOIS sangat membantu dalam mengenali apakah domain termasuk baru atau punya rekam jejak panjang, yang biasanya lebih dipercaya pengguna dan search engine.
Beberapa tool online memudahkan pemeriksaan usia domain (domain age) secara cepat. Contohnya:
1. WhatsMyDNS.net: tampilkan tanggal pendaftaran awal dan lamanya umur domain secara otomatis.
2. iplocation.io, DupliChecker, SmallSEOTools, SE Ranking, dan WhoisXML API: menampilkan data usia domain dalam tahun, bulan, hari, serta informasi tambahan seperti tanggal expired, registrar, IP, nama server, bahkan informasi SEO terkait reputasi domain.
Cek WHOIS bukan sekadar soal usia. Kamu juga bisa mengetahui:
1. Apakah domain baru atau lama, yang memberi gambaran stabilitas dan kepercayaan.
2. Siapa pemilik domain, untuk hindari situs anonim atau mencurigakan.
3. Kapan domain kedaluwarsa, untuk antisipasi bila akan dibajak atau diambil alih setelah expired.
Google Transparency Report, Norton Safe Web, dll.
Selain WHOIS, kamu juga bisa cek reputasi eksternal situs menggunakan tools tepercaya seperti Google Transparency Report, Norton Safe Web, dan layanan serupa:
1. Google Transparency Report (Safe Browsing): kamu bisa cari tahu apakah situs pernah dianggap tidak aman oleh Google (misalnya karena malware atau phising). Tool ini tampilkan status keamanan situs secara real time.
2. Norton Safe Web: layanan dari Symantec yang memindai situs untuk malware atau phising, memberikan rating keamanan berdasarkan analisis otomatis dan feedback komunitas, termasuk plugin browser untuk melindungi kamu saat browsing.
Selain dua layanan utama itu, masih ada tool reputasi lain yang bisa kamu manfaatkan:
1. MyWOT / Web of Trust: ekstensi browser yang menyediakan indikator reputasi (merah, kuning, hijau) berdasarkan rating pengguna dan daftar hitam malware/phishing.
2. VirusTotal, urlscan.io, dan layanan serupa: memungkinkan kamu cek URL untuk malware, phishing, spoofing, dan sumber reputasi eksternal lainnya, sering disarankan untuk deteksi cepat keaslian situs.
Teknik Tambahan untuk Pengguna CMS
Bagi pengguna CMS, cara menguji keamanan website bisa dilakukan dengan memanfaatkan plugin keamanan. Langkah ini memudahkan kamu melindungi situs dari ancaman seperti malware, serangan brute force, atau konfigurasi berbahaya—tanpa harus punya keahlian coding atau pengetahuan teknis yang rumit.
Plugin Keamanan (WordFence, iThemes, All-in-One WP Security)
Berikut beberapa plugin keamanan terbaik untuk WordPress yang membantu kamu menjalankan cara menguji keamanan website dengan cepat dan efektif:
1. WordFence
Plugin ini menyediakan rangkaian fitur menyeluruh: firewall (WAF) berbasis endpoint, pemindai malware, proteksi login, live traffic monitoring, dan dua-faktor autentikasi (2FA).
Versi gratis sudah sangat kuat: mencakup firewall, pemindaian malware, proteksi brute-force, dan 2FA. Jika upgrade ke versi premium, kamu dapat pembaruan real-time untuk firewall rules, malware signatures, dan IP blocklist, ideal jika kamu mengelola beberapa situs atau ingin perlindungan maksimal.
Kelebihan lain: dashboard ramah pengguna, petunjuk konfigurasi lengkap, dan tim riset keamanan yang aktif. Namun, beberapa hosting merasa plugin ini cukup berat karena penggunaan sumber daya saat scanning.
2. iThemes Security
Cocok untuk pemula karena interface-nya tidak terlalu kompleks. Fitur utama meliputi backup database, autentikasi dua faktor, dan perlindungan brute force. Namun, plugin ini tidak memiliki firewall atau pemindai malware built-in, fitur-fitur tersebut hanya tersedia di versi premium dan tetap terbatas kemampuan deteksinya.
3. All-in-One WP Security
Plugin ini ringan dan gratis, berfokus pada hardening dasar seperti login lockdown, perlindungan kata sandi, dan pengaturan .htaccess untuk blokir bot spam. Versi gratis belum memiliki pemindai malware atau kemampuan pembersihan, sehingga lebih cocok untuk lapisan keamanan ringan sekaligus optimasi performa.
Kesimpulan
Memahami cara menguji keamanan website adalah langkah penting untuk menjaga data, melindungi reputasi, sekaligus mempertahankan kepercayaan pengguna. Ada banyak metode yang bisa dilakukan, mulai dari cek konfigurasi SSL, pemindaian malware, hingga memanfaatkan tools online seperti UpGuard, SiteGuarding, atau Mozilla Observatory.
Selain tools otomatis, cara menguji keamanan website juga bisa diperkuat dengan penetration testing, pengecekan eksternal via WHOIS dan Google Transparency Report, hingga penggunaan plugin keamanan khusus untuk CMS. Dengan langkah-langkah ini, situsmu akan lebih terlindungi dari ancaman siber.
Jika kamu sedang membangun atau mengembangkan situs baru, bekerja sama dengan penyedia layanan website development profesional sangat membantu agar keamanan bisa dirancang sejak awal.
Untuk solusi yang lebih menyeluruh, kolaborasi dengan sebuah digital agency bisa menjadi pilihan tepat karena mereka biasanya menangani desain, pengembangan, strategi keamanan, sekaligus optimasi website jangka panjang.
