
Memiliki website untuk bisnis saat ini bukan lagi sekadar opsi tambahan, melainkan kebutuhan utama. Jika dulu website hanya berfungsi sebagai media informasi yang sederhana, kini ia telah bertransformasi menjadi alat pemasaran yang kompleks, dinamis, dan sangat berpengaruh terhadap konversi.
Perubahan ini bukan hanya terjadi pada tampilannya saja, melainkan juga dari sisi teknologi, peran, hingga ekspektasi pengunjung. Artikel ini akan membahas perbedaan antara website zaman dulu vs sekarang, sekaligus memberikan wawasan bagaimana kamu bisa memanfaatkan perkembangan ini untuk mengembangkan bisnismu.
1. Tampilan: Dari Teks Monoton ke Desain Interaktif
Pada awal kemunculannya di era 90-an, website tampil sangat sederhana. Menggunakan kombinasi HTML dan CSS dasar, tampilan didominasi oleh background putih, teks Times New Roman, link underline biru, dan elemen seperti <marquee> yang membuat teks berjalan ke samping. Tidak ada elemen visual yang menarik perhatian, bahkan gambar pun butuh waktu lama untuk dimuat karena keterbatasan kecepatan internet.
Berbeda dengan sekarang, desain website telah berevolusi menjadi bagian penting dari pengalaman pengguna (user experience/UX). Desain yang menarik, layout responsif, animasi halus, dan warna-warna yang selaras menjadi standar. Website zaman sekarang dirancang dengan mempertimbangkan perilaku pengguna, misalnya seperti letak tombol CTA yang strategis, navigasi yang intuitif, dan elemen visual yang mendukung pesan brand.
Desain tidak lagi hanya tentang estetika, melainkan bagian dari strategi untuk menarik, mempertahankan, dan mengonversi pengunjung.
2. Teknologi: Dari Statis ke Dinamis & Canggih
Teknologi di balik website juga berubah drastis. Website zaman dulu dibuat secara statis, artinya setiap halaman ditulis satu per satu, dan jika ada perubahan, pemilik harus mengedit file HTML secara manual.
Sekarang, teknologi web berkembang sangat cepat. Framework seperti React, Vue.js, atau Next.js memungkinkan pembuatan website dinamis dan efisien. Selain itu, Content Management System (CMS) seperti WordPress, Webflow, hingga sistem headless CMS seperti Strapi memungkinkan bisnis untuk mengelola konten dengan mudah tanpa kemampuan coding.
Tak hanya itu, integrasi dengan API, AI untuk chatbots, sistem e-commerce, dan automasi marketing menjadikan website modern sebagai pusat kendali digital bisnis.
3. Fungsi untuk Bisnis: Dari “Ada Aja” Jadi Mesin Penjualan
Website zaman dulu untuk bisnis atau UMKM umumnya hanya berfungsi sebagai “brosur digital”. Artinya, hanya berisi informasi kontak, deskripsi usaha, dan daftar layanan atau produk. Tidak ada sistem transaksi online, interaksi langsung, atau analisis pengunjung. Sering kali, website hanya dibuat agar bisnis “tampak modern”.
Bandingkan dengan sekarang, website bisa menjadi alat utama untuk menghasilkan penjualan, dengan fungsi:
- Toko online lengkap: dengan cart, checkout, dan integrasi payment gateway.
- Landing page produk: yang fokus pada satu tujuan, misalnya konversi iklan.
- Sistem booking atau pemesanan otomatis.
- Integrasi SEO dan iklan digital.
- Live chat, chatbot, hingga WhatsApp automation.
Website bukan hanya untuk eksistensi, tetapi juga untuk akuisisi, konversi, dan retensi pelanggan.
4. Aksesibilitas: Dari PC Only ke Mobile First
Dulu, website hanya dirancang untuk desktop. Artinya, jika dibuka lewat HP atau tablet, tampilannya sering berantakan. Padahal kini, mayoritas pengguna internet mengakses website melalui smartphone mereka.
Inilah mengapa prinsip mobile first jadi sangat penting dalam desain dan pengembangan website saat ini. Website harus bisa tampil sempurna di layar kecil, navigasi harus mudah dengan jari, dan loading harus cepat agar pengguna tidak kabur.
Google sendiri memberikan prioritas ranking pada website yang mobile-friendly. Jadi kalau website kamu belum responsif, siap-siap ditinggalkan pengguna dan tenggelam di hasil pencarian.
5. Konten & Strategi: Dari Statis ke Berorientasi Konversi
Website zaman dulu biasanya diisi sekali dan jarang diperbarui. Blog belum populer, SEO belum dikenal luas, dan kontennya pun sangat mendasar. Website hanya menyampaikan informasi secara satu arah.
Kini, strategi konten menjadi bagian dari website. Setiap elemen—mulai dari judul, paragraf, hingga CTA—ditulis dengan tujuan. SEO menjadi kunci agar website mudah ditemukan, konten blog dibuat rutin untuk mendidik dan menarik calon pelanggan, serta storytelling dipakai untuk membangun kepercayaan.
Bahkan halaman seperti testimoni pelanggan, FAQ interaktif, hingga portofolio visual dianggap penting untuk mendukung keputusan pembelian.
Kesimpulan
Website zaman dulu dan sekarang memiliki perbedaan yang sangat mencolok—baik dari sisi tampilan, teknologi, fungsi, hingga dampaknya bagi bisnis. Jika dulu website hanya sekadar alat informasi, sekarang website menjadi mesin pemasaran, alat transaksi, dan wajah utama dari brand kamu di dunia digital.
Kalau kamu masih menggunakan website bergaya lama atau belum mengoptimalkannya, ini saatnya upgrade. Gunakan desain modern, pastikan mobile-friendly, manfaatkan teknologi terkini, dan isi dengan konten yang bisa mengonversi.
Jika kamu butuh partner untuk membuat atau memperbarui website bisnismu agar tampil profesional, efektif, dan benar-benar siap bersaing di era digital, DCLIQ siap bantu kamu. Mulai dari desain, teknologi, hingga strategi pemasaran digital.