6 November 2025
Mengejar trafik organik memang bisa bikin cemas ketika website tidak terindex di Google. Meskipun kamu sudah melakukan optimasi on-page, rutin membuat konten, dan mengirimkan sitemap, hasil pencarian tetap saja tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Masalah website tidak terindex di Google sebenarnya bukan akhir dari perjalanan SEO kamu. Justru ini menjadi tanda penting bahwa kamu perlu meninjau ulang kesiapan teknis situs, kualitas serta kredibilitas konten, dan bagaimana sinyal prioritas crawling disampaikan kepada mesin pencari.
Melalui artikel ini, kamu akan mempelajari konsep dasar bagaimana mesin pencari menjelajah (crawl) dan menyimpan (index) halaman website, serta cara cepat untuk memastikan apakah situsmu benar-benar belum terindeks atau justru terhambat faktor lain.
Pembahasan ini didasarkan pada panduan resmi Google Search Central, fitur Search Console, dan strategi audit SEO yang biasa digunakan profesional di bidangnya. Baca sampai akhir, ya!
Memahami Apa Itu "Website Tidak Terindex di Google"
Saat sebuah situs belum tampil di hasil pencarian Google, itu menandakan bahwa halaman kamu belum tercatat dalam indeks mesin pencari.
Google hanya dapat menampilkan halaman yang telah ditemukan dan dimasukkan ke dalam basis data pencarian. Dengan kata lain, website tidak terindex di Google berarti Google belum menyimpan versi representatif dari halamanmu, sehingga tidak akan muncul untuk kueri apa pun.
Masalah ini bisa terjadi sebagian maupun sepenuhnya. Untuk situs yang baru diluncurkan, wajar jika butuh waktu sebelum seluruh URL dikenali oleh sistem. Namun, pada kasus tertentu, hanya beberapa halaman yang tidak masuk indeks karena kendala teknis—seperti penggunaan tag robots “noindex” atau aturan robots.txt yang membatasi proses crawling.
Mengetahui kondisi tersebut akan membantu kamu menentukan langkah prioritas untuk memperbaiki masalah. Dengan pendekatan yang tepat, status website tidak terindex di Google bisa perlahan berubah menjadi “terindeks” secara penuh dan berkelanjutan.
Bagaimana mesin pencari mengcrawl dan mengindeks halaman web
Prosesnya melalui tiga tahap besar: penemuan (crawling), pemrosesan serta penyimpanan informasi (indexing), lalu penayangan hasil. Bot mengunjungi URL, membaca konten, memetakan tautan, kemudian menyimpan representasi halaman pada indeks.
Begitu tercatat, halaman berpeluang muncul saat kueri relevan. Bila salah satu tahap terhambat, kasus website tidak terindex di google mudah terjadi.
Faktor yang paling sering menghambat tercatatnya halaman antara lain:
1. Aturan pencegahan yang keliru, seperti “Disallow” robots.txt untuk rute penting, atau meta robots “noindex” pada halaman yang seharusnya tampil.
2. Sinyal prioritas yang lemah: tidak ada sitemap, arsitektur tautan internal buruk, atau kualitas konten kurang sehingga bot kesulitan menilai nilai simpan.
Meninjau ketiga area ini biasanya cukup untuk mengubah status website tidak terindex di google menjadi terindeks.
Bagaimana mengenali bahwa website kamu belum terindeks
Mulai dari cek sederhana: gunakan operator site:namadomain.com pada Google. Jika hasil kosong atau sangat sedikit, ada indikasi website tidak terindex di google. Ingat, hasil site: tidak selalu absolut, tetapi cukup ampuh sebagai rambu awal. Untuk validasi pasti, lanjutkan ke URL Inspection di Search Console.
Setelah itu, bukalah Search Console:
1. URL Inspection: masukkan URL spesifik untuk melihat status “Indexed” atau alasan penolakan; kamu juga bisa meminta pengindeksan ulang setelah perbaikan.
2. Page Indexing report: pantau jumlah URL yang tercatat, terdeteksi, atau tertolak beserta kategorinya seperti “Excluded by ‘noindex’” atau “Crawled – currently not indexed”.
3. Sitemaps report: pastikan file sitemap terbaca tanpa error serta URL penting benar-benar terdaftar.
Langkah-langkah ini memberi bukti kuat saat mendiagnosis website tidak terindex di google.
Penyebab Utama Website Tidak Terindex di Google

Ketika website tidak terindex di Google, ada berbagai kemungkinan penyebab yang memicu hal tersebut—mulai dari kesalahan teknis hingga masalah pada kualitas konten. Kombinasi faktor-faktor ini bisa membuat halaman gagal masuk ke indeks atau bahkan terkena penalti dari mesin pencari.
Sebelum melakukan perbaikan, penting bagi kamu untuk memahami akar masalah yang terjadi. Dengan mengenali penyebab utama secara jelas, kamu bisa menentukan langkah teknis yang paling efektif untuk membantu proses penindeksan dan meningkatkan peluang situsmu muncul di hasil pencarian.
Masalah teknis yang menghalangi crawling
Crawling yang berhasil oleh Googlebot merupakan fondasi agar halaman bisa diindeks. Jika crawler tak bisa mengunjungi atau membaca halaman kamu secara layak, kondisi website tidak terindex di google sangat mungkin terjadi.
Sebagai contoh: halaman baru tanpa tautan internal, struktur navigasi yang buruk atau URL yang hanya bisa diakses melalui skrip kompleks, akan melemah peluang crawling.
Selain itu, gejala seperti laporan “Discovered – currently not indexed” atau “Crawled – currently not indexed” di Google Search Console menunjukkan bahwa Google telah menemukan URL tetapi memilih untuk tidak mengindeksnya karena ada hambatan teknis atau kualitas yang kurang.
Oleh karena itu, audit teknis situs (cek log server, waktu muat halaman (page speed), jumlah redirect, dan status HTTP) sangat penting untuk menangani masalah ketika website tidak terindex di google.
Perintah "noindex" atau tag meta robots yang memblokir indeksasi
Salah satu penyebab paling langsung untuk website tidak terindex di google adalah penggunaan meta tag atau header HTTP yang secara eksplisit memberitahu Google agar tidak mengindeks halaman: <meta name="robots" content="noindex"> atau X-Robots-Tag: noindex.
Menariknya, jika halaman diblokir oleh robots.txt sehingga Googlebot tidak bisa mengaksesnya, kemudian meta noindex pun tidak terbaca, maka Google mungkin tetap menampilkan URL tersebut tanpa konten atau tidak sama sekali.
Jadi, ketika kamu mendapati kondisi website tidak terindex di google, pastikan kamu mengecek secara eksplisit apakah ada tag noindex yang sedang aktif pada halaman yang seharusnya muncul.
File robots.txt yang memblokir akses robot
File robots.txt berfungsi sebagai panduan crawler tentang bagian situs mana yang bisa diakses atau diblokir. Namun, jika kamu secara tidak sengaja memasang aturan seperti Disallow: / terhadap seluruh situs atau direktori penting, maka crawler bisa diblokir sejak awal, yang akhirnya menyebabkan website tidak terindex di google atau hanya sebagian halaman muncul.
Meski demikian, perlu diingat bahwa robots.txt itu bukan mekanisme definitif untuk “jangan diindeks”. Google dapat menemukan URL dari tautan eksternal dan tetap menampilkannya meskipun tak bisa meng-crawl kontennya.
Jadi, segera perbaiki aturan robots.txt jika kamu menemukan bahwa crawler diblokir secara luas, agar proses indeksasi tidak terhambat.
Masalah sitemap atau struktur tautan internal yang lemah
Bahkan jika tidak ada tag noindex atau blocking secara langsung, kondisi sitemap yang tidak lengkap atau struktur tautan internal yang buruk bisa membuat halaman secara efektif “tersembunyi” dari sistem crawling guna indeksasi, yang juga menjadi bagian dari penyebab website tidak terindex di google.
Contohnya: sitemap tidak mencantumkan URL baru, sitemap tidak ter-submit di Search Console, atau tautan internal ke halaman tersebut minim atau tidak ada sama sekali.
Tak hanya itu, jika struktur navigasi menimbulkan rangkaian redirect yang rumit, kedalaman klik (click depth) terlalu besar, atau URL tersebar tapi tidak saling terhubung, maka Googlebot bisa menganggap halaman tersebut kurang penting dan menunda atau mengabaikan indeksasi.
Dengan memperbaiki sitemap dan memperkuat tautan internal, kamu meningkatkan probabilitas bahwa halaman pada situs kamu yang selama ini mengalami website tidak terindex di google akan mulai terindeks secara lebih konsisten.
Kualitas konten dan relevansi
Ketika website tidak terindex di google, salah satu penyebab pentingnya ialah konten yang kurang berkualitas atau tidak relevan bagi audiens.
Mesin pencari kini makin cerdas dalam menilai apakah sebuah halaman benar - benar membantu pengguna atau hanya “mengisi tempat”. Jika konten hanya minimal dan tidak menjawab kebutuhan pencarian, maka kemungkinan halaman itu tidak akan mendapat prioritas indeksasi.
Seiring sistem seperti Google Helpful Content System diterapkan secara luas, sinyal kualitas kini diaplikasikan ke seluruh situs, bukan hanya satu halaman. Jadi jika banyak halaman di situs kamu rendah kualitasnya, maka risiko bahwa website tidak terindex di google meningkat secara kolektif.
Konten duplikat, konten tipis, atau sangat mirip dengan situs lain
Salah satu indikator kualitas rendah ialah konten yang duplikat atau sekadar tipis, artinya sedikit isi, minim nilai tambah, atau hampir sama persis dengan konten di situs lain. Jika kamu memiliki halaman‐halaman seperti itu, maka kemungkinan besar Google memilih untuk tidak mengindeksnya atau menunda indeksasi hingga kualitas ditingkatkan.
Contoh spesifik: produk e-commerce dengan deskripsi yang sama persis dari produsen lain, atau posting blog yang hanya beberapa baris tanpa informasi baru. Hal ini bisa menyebabkan “index bloat”, yaitu terlalu banyak halaman kualitas rendah yang melemahkan keseluruhan performa situs.
Untuk mengatasi situasi ini:
1. Identifikasi halaman yang kontennya tipis atau sangat mirip dengan pesaing.
2. Gabungkan atau hapus halaman yang tidak menambahkan nilai unik.
3. Pastikan setiap halaman memiliki konten yang kaya, relevan, dan berbeda dari yang sudah ada.
Website kurang mobile-friendly atau kecepatan lambat
Performa teknis situs yang buruk juga bisa menyebabkan masalah indeksasi, dan pada akhirnya berkontribusi terhadap kondisi di mana website tidak terindex di google. Misalnya, jika versi mobile dari situs kamu tidak memiliki konten yang sama dengan versi desktop, atau halaman lambat dimuat maka Google sulit melakukan crawling dan indeksasi efektif.
Pada era “mobile-first indexing”, Google menggunakan versi mobile dari halaman untuk menentukan apakah halaman itu layak diindeks. Jika versi mobile tidak lengkap atau lambat, maka halaman tersebut bisa tertinggal.
Hal yang bisa kamu lakukan:
1. Pastikan desain responsif, sehingga tampilan dan konten desktop sama dengan mobile.
2. Gunakan tools seperti Google PageSpeed Insights untuk memeriksa kecepatan halaman dan perbaiki elemen yang memperlambat muat.
3. Hindari menyembunyikan konten penting pada versi mobile atau menggunakan teknik lazy-load yang tidak dapat di-crawl oleh Google bot.
Faktor eksternal dan domain
Bila website tidak terindex di google, faktor eksternal dan karakter domain seringkali melekat sebagai penyebab yang sulit langsung dilihat. Faktor domain seperti usia, reputasi, jumlah dan kualitas tautan masuk (backlink), serta riwayat pelanggaran pedoman mesin pencari dapat memengaruhi proses crawling dan indeksasi.
Domain yang baru saja diluncurkan atau yang memiliki reputasi rendah sering mendapat “perlakuan” lebih lambat dari sistem Google, sedangkan domain yang melanggar pedoman bisa mengalami de-indexing atau penalti yang membuat seluruh situs atau bagian besar situs sama sekali tidak muncul di hasil pencarian.
Faktor eksternal tersebut memang tidak langsung terkait kode atau struktur situs kamu, namun tetap sangat penting untuk diperhatikan karena mesin pencari melihat keseluruhan sinyal, bukan hanya elemen teknis atau konten di dalam situs kamu.
Memahami bagaimana domain kamu dan faktor eksternalnya bekerja akan membantu kamu menelusuri kenapa website tidak terindex di google, serta mempercepat strategi perbaikannya.
Domain baru atau reputasi rendah membuat proses indeks lambat
Situs yang baru diluncurkan atau domain yang belum memiliki cukup jejak (backlink, interaksi pengguna, otoritas) sering membutuhkan waktu lebih lama agar mesin pencari memasukkan ke indeks. Proses ini wajar dan bisa diatasi dengan memperkuat sinyal domain:
1. Bangun tautan balik berkualitas dari situs relevan.
2. Perkuat kehadiran sosial atau brand di luar situs agar domain tampak “aktif”.
3. Jangan segera menyerah jika setelah beberapa minggu belum terindeks, namun tetap monitor dan perbaiki faktor teknis.
Domain dengan reputasi rendah atau tanpa tautan eksternal sering dianggap memiliki risiko rendah prioritas, yang menyebabkan website tidak terindex di google lebih lama dibanding domain mapan.
Pelanggaran pedoman Google atau de-indexing
Jika situs atau domain telah melanggar pedoman Google (misal: spam link, konten manipulatif, cloaking, auto-generated content), maka bisa terjadi de-indexing, yakni halaman atau domain dicabut dari indeks Google secara keseluruhan atau sebagian.
Pada kasus de-indexing ini, masalah bukan hanya “belum terindeks” melainkan “dikeluarkan” atau “dinonaktifkan” dari indeks karena alasan kualitas atau pelanggaran.
Beberapa petunjuk bahwa ini mungkin terjadi: laporan “Manual actions” di Google Search Console, penghapusan traffic secara mendadak, atau banyak URL yang tiba-tiba hilang dari hasil site:domain.com.
Cek & Validasi Status Indeksasi Website Kamu
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah memastikan apakah benar website tidak terindex di Google, atau sebenarnya sudah terindeks namun belum mendapat peringkat baik di hasil pencarian.
Proses validasi ini penting karena tanpa pengecekan yang menyeluruh, langkah perbaikan bisa salah sasaran.
Dalam bagian ini, akan dibahas tiga metode efektif untuk melakukan pemeriksaan: menggunakan Google Search Console, memahami arti status “Crawled – currently not indexed”, serta memanfaatkan operator pencarian site: untuk mengetahui halaman mana saja yang sudah atau belum diindeks oleh Google.
Menggunakan Google Search Console: Tool Inspeksi URL dan laporan Coverage
Tool inspeksi URL di Search Console memungkinkan kamu memasukkan URL spesifik agar lihat bagaimana Google melihat halaman tersebut: apakah sudah ada dalam indeks, apakah ada blokir, kapan terakhir di-crawl.
Laporan Coverage (atau disebut juga Page Indexing) menunjukkan rangkuman status banyak URL di situs kamu: “Error”, “Valid”, “Excluded”, dan sebagainya.
Dengan melihat dua tools ini, kamu bisa mengetahui apakah website tidak terindex di google karena masalah teknis umum atau hanya sebagian URL yang bermasalah.
Periksa status "Crawled – currently not indexed" dan arti-artinya
Salah satu status yang sering muncul bila halaman belum terindeks ialah “Crawled – currently not indexed”. Status ini mengindikasikan bahwa Google sudah meng-crawl halaman tersebut tetapi belum memilih untuk mengindeksnya.
“Crawled – currently not indexed” bukan serta-merta kesalahan pada kamu, namun sinyal bahwa Google menahan indeksasi karena bisa jadi: kualitas halaman rendah, tautan internal kurang kuat, atau halaman kurang prioritas.
Ketika kamu menemukan banyak URL dengan status ini, berarti kamu perlu memperbaiki faktor kualitas dan struktur situs, karena meskipun halaman ditemukan, namun belum diizinkan tampil di hasil pencarian.
Menggunakan pencarian "site:domain.com" untuk mengecek apakah halaman sudah muncul di indeks
Cara paling cepat dan sederhana untuk mengecek apakah website tidak terindex di google ialah dengan melakukan pencarian di Google memakai operator: site:namadomain.com.
1. Jika hasil pencarian menunjukkan URL dari domain kamu, berarti sebagian situs sudah terindeks.
2. Jika hasil sangat sedikit atau kosong, itu indikasi kuat bahwa indeksasi belum terjadi atau hanya sebagian kecil.
Cara ini tidak detail seperti Search Console, namun berguna sebagai langkah awal cepat.
Langkah-Langkah Memperbaiki Agar Website Terindex

Begitu kamu mengetahui penyebab dan telah memastikan status indeks, langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan nyata agar website tidak terindex di Google bisa berubah menjadi situs yang sepenuhnya terindeks.
Pada tahap ini, fokus utama berada pada aspek teknis yang kerap menjadi penghalang proses indeksasi. Mulai dari memeriksa dan memperbaiki penggunaan tag, meninjau file robots.txt, hingga memastikan sitemap dikirim dan terbaca dengan benar—semua menjadi fondasi penting agar halaman website kamu dapat masuk ke indeks Google secara optimal.
Pastikan konfigurasi teknis sudah benar
Sebelum memperbaiki aspek lain, pastikan kamu sudah mengecek semua konfigurasi teknis penting untuk crawling dan indeksasi. Hal-hal seperti versi situs (http vs https), canonical URL, server response (200 vs 404/500), dan struktur URL yang bersih perlu dipastikan. Bila konfigurasi teknis kacau, maka meskipun konten bagus, Google mungkin tetap menunda indeksasi.
Pastikan juga kamu sudah memverifikasi properti situs di Google Search Console dan memilih “Domain” atau “URL-prefix” properti yang benar agar semua versi situs tercakup. Tanpa langkah ini, tindakan berikutnya akan kurang efektif.
Hapus atau ubah tag noindex yang tidak semestinya
Salah satu penyebab paling langsung agar website tidak terindex di google ialah penggunaan <meta name="robots" content="noindex"> atau header X-Robots-Tag: noindex secara tidak sengaja.
Langkah yang bisa kamu lakukan:
1. Periksa setiap halaman penting untuk memastikan tag noindex telah dihapus atau diganti menjadi index, follow.
2. Jika menggunakan CMS (misalnya WordPress + plugin SEO), periksa pengaturan “Allow search engines to index” atau opsi serupa.
3. Setelah perbaikan, di Search Console gunakan Inspeksi URL untuk meminta pengindeksan ulang agar Google cepat mendeteksi perubahan.
Perbaiki file robots.txt dan submit sitemap XML ke Search Console
File robots.txt dan file sitemap XML merupakan sarana penting agar crawler Google dapat mengakses dan memahami struktur situs kamu. Perbaikan keduanya bisa sangat membantu mengatasi kondisi website tidak terindex di google.
1. Pastikan file robots.txt tidak berisi aturan seperti Disallow: / yang mencegah seluruh situs di-crawl. Ingat meski robots.txt mencegah crawling, jika tetap ada link eksternal ke halaman tersebut, Google bisa tetap menampilkan URL tapi tanpa konten.
2. Buat atau perbarui file sitemap XML. Kemudian di Search Console:
a) Masuk ke bagian Sitemaps.
b) Masukkan URL sitemap (contoh: https://namadomain.com/sitemap.xml).
c) Klik Submit.
3. Setelah submit sitemap, amati laporan Coverage di Search Console untuk melihat halaman mana yang masih belum terindex atau bermasalah.
Tingkatkan kualitas konten dan pengalaman pengguna
Jika website tidak terindex di google, satu pendekatan penting adalah memperkuat konten dan pengalaman pengguna agar mesin pencari serta pengunjung merasa situs kamu layak dicatat.
Fokus bukan hanya pada keberadaan halaman, tapi juga pada nilai yang ditawarkan dan bagaimana pengguna merasa setelah berinteraksi. Sebagai panduan, dua aspek utama adalah: membuat konten asli, relevan, dan bernilai tambah; serta memastikan situs cepat dan mobile-friendly.
Buat konten asli, relevan, dengan nilai tambah bagi pembaca
“Konten people-first” atau konten yang dibuat untuk manusia dahulu dan bukan semata untuk mesin pencari adalah pendekatan yang dianjurkan oleh Google sendiri.
Untuk menjadikan konten kamu punya nilai tambah:
1. Teliti dulu kebutuhan audiens kamu: apa yang mereka cari, apa persoalan mereka, bagaimana kamu bisa memberikan jawaban lengkap.
2. Hindari membuat halaman tipis yang hanya beberapa baris atau mirip persis dengan konten yang telah banyak tersebar. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab mengapa website tidak terindex di google.
3. Tampilkan keahlian, otoritas, dan kepercayaan: misalnya dengan studi kasus, insight eksperimen kamu sendiri, atau sumber data terpercaya agar pembaca merasa “kamu tahu topik ini”.
4. Format dengan baik: penggunaan heading yang jelas, daftar/bullet, visual pendukung untuk memudahkan pembaca memahami, itu juga baik untuk mesin pencari.
Optimasi kecepatan website dan mobile-friendly
Pengalaman pengguna memainkan peran besar dalam bagaimana mesin pencari menilai situs kamu. Jika situs lambat, tidak responsif mobile, atau navigasi menyulitkan, maka sinyal pengindeksan bisa terhambat dan risiko website tidak terindex di google meningkat.
Beberapa langkah praktis:
1. Pastikan desain situs responsif dan konten versi mobile sama dengan versi desktop (sesuai pedoman mobile-first indexing).
2. Tingkatkan kecepatan halaman: kompres gambar, minify CSS/JS, kurangi permintaan HTTP, caching browser. Studi menyebut halaman mobile sebaiknya memuat dalam waktu kurang dari ~3 detik agar user tidak meninggalkan.
3. Audit UX: elemen-elemen seperti pop-up intrusif, tombol yang sulit di-tap pada mobile, atau tata letak yang kacau bisa memperburuk bounce rate dan sehingga indeksasi bisa terhambat.
Bangun struktur internal yang baik dan tautan masuk (backlink)
Untuk memastikan website tidak terindex di google tidak dipicu karena halaman-tersembunyi atau “terlupakan”, sangat penting membangun struktur internal yang kuat dan mendapatkan tautan masuk dari luar (backlinks). Struktur internal membantu crawler menavigasi situs kamu dan mendistribusikan otoritas halaman ke seluruh situs.
Internal links memungkinkan mesin pencari dan pengguna menemukan konten kamu, tanpa link, halaman bisa jadi tidak ditemukan sama sekali.
Backlink juga memainkan peran kunci sebagai sinyal otoritas domain. Jika situs kamu minim tautan menuju dari luar, maka probabilitas crawling dan indeksasi menjadi lebih lambat. Maka dari itu, langkah membangun jaringan tautan internal serta eksternal sangat membantu proses indeksasi.
Pastikan setiap halaman penting terhubung secara internal dan memiliki tautan yang jelas
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
1. Buat sitemap HTML atau bagian navigasi yang memuat semua halaman penting agar crawler dan pengguna dapat mengaksesnya dengan mudah.
2. Pastikan setiap halaman yang ingin kamu indeks memiliki minimal satu tautan internal dari halaman lain yang relevan sehingga tidak menjadi halaman “terlupakan” (orphan page). Halaman tanpa link internal sering tidak akan ditemukan oleh crawler sama sekali.
3. Gunakan anchor text yang jelas dan relevan agar crawler memahami hubungan antarhalaman, bukan hanya sekadar link generik. Link yang bisa di-crawl sangat penting agar halaman bisa ditemukan.
Dengan ini, kamu memperkuat bidang visibilitas halaman dan mengurangi risiko bahwa website tidak terindex di google hanya karena struktur internal gagal menunjang.
Bersabar dan monitor proses indeksasi
Membangun struktur dan memperbaiki teknis hanyalah sebagian dari perjalanan; kamu juga perlu memberi waktu bagi mesin pencari untuk melakukan crawling dan indeksasi. Proses ini tidak selalu instan. Bisa memakan waktu dari beberapa hari hingga beberapa minggu atau lebih tergantung kompleksitas situs dan kualitas sinyal kamu.
Monitoring secara rutin penting agar kamu tahu progres dan bisa mengambil tindakan lanjutan jika ada hambatan.
Untuk website baru, Google butuh waktu untuk menemukan dan mengindeks
Contoh data: Situs baru biasanya memerlukan waktu sekitar satu minggu hingga beberapa minggu agar konten mulai muncul dalam indeks. Untuk situs dengan kurang dari 500 halaman, waktu “standar” bisa 3-4 minggu.
Beberapa poin yang harus kamu lakukan selama masa ini:
1. Periksa dari waktu ke waktu laporan indeksasi di Google Search Console untuk melihat apakah halaman kamu mulai muncul atau muncul sebagian.
2. Lakukan penyesuaian jika banyak halaman yang belum terindeks setelah jangka waktu wajar (misalnya lebih dari 4-6 minggu).
3. Jangan lakukan perubahan besar berturut-turut tanpa monitoring karena bisa membingungkan crawler dan memperpanjang proses.
Dengan sabar monitoring dan menyesuaikan berdasarkan data, kamu memperkecil kemungkinan bahwa situs kamu tetap berada di kondisi website tidak terindex di google selama waktu yang tidak semestinya.
Kesimpulan
Masalah website tidak terindex di google bukan hal yang tak bisa diselesaikan. Kamu sudah melihat bahwa faktor penyebabnya bisa berasal dari teknis (robots.txt, sitemap, tag noindex), kualitas konten yang rendah, hingga reputasi domain dan struktur internal yang lemah.
Solusinya adalah gabungan antara audit teknis menyeluruh, peningkatan kualitas konten, serta penguatan sinyal crawling seperti backlink dan navigasi internal yang logis. Selain itu, kamu juga perlu bersabar dan terus memantau progres melalui Google Search Console agar tahu kapan dan di mana perbaikan perlu dilakukan.
Untuk kamu yang ingin memastikan situs bisa tampil optimal di hasil pencarian Google, kamu dapat memanfaatkan layanan website development profesional agar seluruh konfigurasi teknis, struktur navigasi, dan strategi SEO on-page terbangun secara solid.
Jika kamu mencari partner berpengalaman untuk optimasi SEO, pembuatan situs, dan strategi digital secara menyeluruh, DCLIQ sebagai digital marketing agency siap membantu meningkatkan visibilitas dan kredibilitas website kamu di dunia online.